Efisiensi BBM Lewat Minyak Jelantah

0 comments




Bogor, Pelita
Disaat kepanikan dan kegusaran warga masyarakat akibat naiknya harga BBM (bahan bakar minyak) beberapa lalu, namun hal tersebut justeru bukan menjadi kendala bagi Kota Bogor, khususnya bagi pengelola jasa transportasi bus Trans Pakuan.
Pasalnya, kendala dan krisis akibat BBM itu yang sementara dialami pihak jasa transportasi lainnya, justeru bagi pihak Trans Pakuan mereka telah menemukan salah satu solusinya, yakni minyak jelantah (bekas menggoreng) sebagai pencampur solar.
Seperti dikatakan sang Direktur pengelola bus Trans Pakuan itu, Hari Harsono kepada Pelita kemarin di kantornya di jalan Pajajaran, Bogor Timur, Kami bersyukur bahwa kami telah menemukan salah satu solusi akibat krisis BBM itu, lewat pemanfaatan sisa minyak goreng jelas Hari.
Dijelaskan Hari, selama ini pihaknya membutuhkan sekurangnya 500 liter solar untuk 10 bus Trans Pakuan yang dioperasikannya. Ternyata, karena menggunakan formula pemanfaatan minyak jelantah yang terkatagori limbah itu, sekurangnya efisiensinya dapat mencapai 20 persen dari kebutuhan.
Lebih lanjut dikatakan Hari, minyak jelantah yang diperoleh dari berbagai pihak itu, di proses lewat cara mencampur solar dengan unsur kimia ethanol dan KOH. Setelah itu, pencampuran yang perbandingannya 80 persen: 20 persen itu, kemudian disaring (filter) sehingga menghasilkan BBM yang dibutuhkan, yang versinya disebut Bio Diesel Fuel.
Dari setiap 100 liter BBM yang dibutuhkan, kami hanya menyediakan sekitar 80 liter solar murni dan selebihnya yakni 20 liter adalah minyak jelantah. Biaya produksi untuk kebutuhan 1 liter minyak jelantah itu maksimum hanya sekitar Rp2.000, sehingga efisiensinya cukup besar dan bermanfaat bagi kami.
Diakui Hari, temuan pemakaian minyak jelantah untuk BBm itu, pertama kali diinstruksikan oleh walikota Bogor, Diani Budiarto, sepulangnya beliau dari kunjungan ke Kyoto, Jepang. Di negeri Matahari Terbit itu, penggunaan minyak jelantah itu dinilai telah berhasil sehingga efisiensi dapat dilakukan.
Ironisnya lgi, ternyata bio diesel fuel hasil pencampuran solar dengan minyak jelantah itu, tidak berimbas baik terhadap mesin maupun elemen lainnya dari kendaraan. Bahkan, formula ini dapat juga menghijaukan lingkungan seperti yang diharapkan Bogor sesuai programnya menuju Green City, ujar Hari menirukan perintah walikota Diani Budiarto.

Sumbangan warga
Terkait dengan sumber untuk mendapatkan minyak jelantah itu, ternyata mendapatkan sambutan baik dari warga masyarakat Kota Bogor. Usai mendengar bahwa minyak jelantah dapat berfungsi untuk menghemat BBM, pengurus jemaat gereja Bethel Bogor, di jalan Raya Jend Sudirman, kemarin, menyerahkan bantuannya kepada pengelola bus kota Trans Pakuan.
Diakui pengurus Gereja Bethel itu yakni Sutadi Rusli yang didampingi Ricky dan Jaya, kepada Pelita, di kantor bus Trans Pakuan, Setelah mendengar minyak jelantah dapat berguna untuk mengeffisiensikan BBM khususnya yang menggunakan slar, maka pihak langsung menghimbau jemaat.
Bersyukur, sejak hari Minggu lalu, beberapa warga jemaat kami langsung berdatangan dan menyerahkan minyak jelantah. Pemberian itu kami kumpulkan yang hingga kemarin jumlahnya sudah mencapai 115 liter, sehingga kami putuskan akhirnya untuk kami serahkan kepada pihak bus Trans Pakuan.
Kami berharap, upaya untuk mengeffisiensikan penggunaan BBM dapat juga dilakukan oleh elemen warga masyarakat lainnya selain pihak kami.
Ini upaya yang bersinerji tinggi karena selain ibadah, effisiensi, upaya ini sekaligus dapat membantu pemerintah daerah, bangsa dan dunia dalam kaitannya menjaga lingkungan agar tetap hijau, ujar Sutadi yang diamini Hari Harsono sang direktur utama bus Trans Pakuan. (don/ck-19)